Selasa, 25 Mei 2010

Diet Suku Indian Tarahumara

Suku Indian Tarahumara adalah komunitas pribumi paling sehat di Amerika Utara. Suku ini tingga di pegunungan Sierra Madre Occidental di Meksiko Utara bagian tengah dan memiliki kebiasaan diet makanan yang terdiri dari jagung, kacang-kacangan dan bubur dari sayuran.

Daging sangat jarang dimakan, sesekali mereka makan telur. Populasinya yang berjumlah 50,000 orang sama sekali tidak menggunakan alat bantu mesin apapun dalam pertanian, transportasi dilakukan dengan berjalan kaki, dan mereka selalu terlibat dalam perlombaan lari marathon dan pertandingan-pertandingan sepak bola.

Para ilmuwan dan peneliti melaporkan bahwa tekanan darah tinggi dan kelebihan berat badan tidak ditemukan pada suku ini, dan kematian dari penyakit jantung dan penyakit degenerative lainnya sama sekali tidak dikenal disana. Semua ini dikarenakan oleh gaya hidup dan diet mereka.

Ilmuwan menjalankan uji coba dengan cara memperkenalkan kepada suku ini diet makanan yang dikonsumsi oleh orang Amerika modern umumnya hari-hari ini. Lima minggu kemudian, kadar kolesterol dan berat badannya diambil. Hasilnya sungguh mencengangkan.

Kadar kolesterol naik sebesar 31%.

Trigeliseril naik sebesar 18%.

Berat badan naik 3.8%.

(Sumber: W. E. Connor, “The Plasma Lipids, Lipoproteins, and Diet of the Tarahumara Indians of Mexico,” American Journal of Clinical Nutrition 31: 1131-42, 1978; Martha P. McMurray et al., “Changes in Lipid and Lipoprotein Levels and Body Weight in Tarahumara Indians after Continuation of an Affluent Diet,”New England Journal of Medicine, 325:1704–08, 1991).

Senin, 24 Mei 2010

Tempe Menurunkan Resiko Kanker

Dalam sebuah ujian dampak mengkonsumsi produk kacang kedelai yang random (acak) dalam keadaan terkendali, para peneliti melaporkan bahwa konsumsi tempe meningkatkan secara signifikan pengadaan isoflavone, phytoestrogen yang dikaitkan dengan pengurangan resiko kanker; jauh melebihi bila mengkonsumsi produk kacang kedelai yang tidak di-fermentasi (ragi).

(Sumber: A. M. Hutchins et al., "Urinary Isoflavonoid Phytoestrogen and Lignan Excretion After Consumption of Fermented and Unfermented Soy Products," Journal of the American Dietetic Association 95(5);545-51, 1995).

Tempe Membunuh Sel Kanker

Tempe mengandung sebuah antioxidant yang keras dan ampuh yang memiliki potensi membunuh sel kanker manusia, demikian para ilmuwan Jepang melaporkan.

Zat yang terkandung, 3-hydroxyanthran-ilic acid (HAA), melenyapkan radikal bebas dan menghambat pembentukan fatty acid hydroperodixide secara in vitro, memberi petunjuk bahwa tempe bisa digunakan sebagai sebuah antioxidant pada metabolisme lipid dan penghambat pertumbuhan sel ganas.

(Sumber: M. Matsuo et al., "Antioxidative Mechanism and Apoptosis Induction by 3-Hydroxyanthranilic Acid, an Antioxidant in Indonesian Food Tempeh, in the Human Hepatoma-Derived Cell Line, HuH-7," Journal of Nutritional Science and Vitaminology 43(2):249-59, 1997.)

Senin, 21 Desember 2009

Tempe dan Kanker Prostate

Pada pria, isofalvone yang terkandung pada kedelai selalu saja dikaitkan pada pengurangan kejadian kanker prostate. Sebuah penelitian pada sel kanker prostate manusia menunjukkan bahwa isoflavone mencegah pergerakan sel, mencegah penyebaran sel-sel kanker pada prostate.


Pada tingkatan konsentrasi tinggi, isoflavone merangsang apoptosis, proses pemusnahan otomatis sel-sel tidak normal dan yang telah rusak. Pada penelitian lainnya, ditemukan bahwa pada pria-pria sehat, isoflavone melindungi sel-sel dari kerusakan radikal bebas.

Tempe dan Wanita Pra dan Menopause

Kedelai mengandung persenyawaan aktif yang disebut isoflavone yang bertindak sebagai estrogen ringan di dalam tubuh. Isoflavone ini mengikat pada estrogen receptor dan bisa menghilangkan rasa tidak nyaman akibat penurunan hormon pada wanita pre-menopause maupun telah menopause yang tidak ingin menjalankan terapi hormon. Penelitian menunjukkan bahwa kelompok wanita ini yang mengkonsumsi kedelai, terutama tempe, memiliki pengurangan rasa panas pada muka (hot flashes).

Tempe dan Pencernaan

Karena proses fermentasi, maka tempe sangat mudah dicerna. Tempe sangat cocok bagi mereka yang memiliki kelemahan mencerna makanan-makanan protein tinggi lainnya seperti kacang atau tahu. Proses fermentasi melembutkan kedelai, dan enzim yang dihasilkan oleh proses fermentasi ini “mencerna awal” (predigest) sebagian besar dari kandungan dasarnya.


Proses fermentasi ini juga menghasilkan enzim phytase yang mengurai phytate, yang meng-fasilitasi sebuah peningkatan pada penyerapan mineral-mineral.


Tempe menghadirkan probiotics ke dalam saluran pencernaan dan membantu menggantikan bakteri-bakteri baik yang hilang akibat konsumsi antibiotik, meminum air yang mengandung klorin, memakan makanan yang mengandung pestisida, atau menggantikan kehilangan-kehilangan akibat sekedar hidup di dunia yang sudah ter-polusi ini. Sebuah saluran pencernaan yang dihuni oleh banyak bakteri-bakteri baik tentu membantu tubuh memperoleh gizi yang optimal dari makanan yang dikonsumsi.

Tempe dan Diabetes

Kandungan protein dan serat yang tinggi pada tempe membantu menstabilkan kadar gula pada tingkatan sehat, menjadikan tempe sebuah pilihan yang sempurna untuk penderita diabetes.

Karena diabetes mengakibatkan kecenderungan tinggi akan penyempitan pembuluh darah dan penyakit jantung, maka menjaga kadar gula dengan memakan tempe secara teratur akan bermanfaat dalam mencegah terjadinya masalah-masalah ini. Tempe juga menekan kadar triglyceride yang tinggi pada tingkatan normal.